Renungan Untuk Sebuah Perubahan
00:57
Edit
Waktu
adalah sesuatu yang tak terbendung, ia akan terus bergerak sekalipun kita telah
lelah untuk beranjak dari tempat kita berdiri, ia akan terus melangkah ke depan
sekalipun kita telah kehilangan semangat dalam mengarungi kehidupan ini.
Tapi
inilah realitas dari kehidupan, ketika kita merasa telah berjuang begitu keras,
ternyata masih banyak kerikil tajam yang masih mengganjar di setiap langkah
kita, ketika kita telah berupaya, masih ada kegagalan yang menghampiri kita,
masih ada tangis yang mengiringi jalan kita, masih banyak hal yang tidak sesuai
dengan harapan kita, apalagi ketika kita memasuki tahun-tahun penuh tantangan
seperti ini.
Di
keluarga, ketika kita didudukan sebagai anak, kita merasa kurang mendapat
perhatian dari orang tua, dan sebaliknya sebagai orang tua, kita merasa anak
zaman sekarang sangat sulit dididik, walaupun kita telah berupaya melakukan
terbaik untuknya, lalu ketika usia kita beranjak senja, sebagai opa dan oma,
kita merasa ditinggali dan terabaikan, kita kesepian.
Di
pekerjaan, ketika kita didudukan sebagai karyawan, kita merasa tenaga kita telah
diperas habis oleh perusahaan dan sebaliknya sebagai pemilik perusahaan, kita
merasa karyawan kita kurang berdedikasi dan tidak bertanggungjawab, dan hanya
pintar menuntut. Dan ketika hal itu terjadi pada diri kita, ketika kita
dibenturkan dengan masalah-masalah tersebut, kita merasa sebagai makhluk yang
paling malang, sebagai insan yang paling menderita di dunia.Kita pun segera
bertanya-tanya, mengapa alam begitu tidak adil, mengapa kita harus terlahir
menanggung derita-derita yang berkepanjangan ini?
Ketika
rentetan peristiwa datang bertubi-tubi dan pertanyaan itu tak terjawabkan, kita
dilanda rasa frustasi yang teramat sangat, kita merasa begitu lelah, kita
merasa terabaikan, tubuh kita seakan mati rasa, denyut nadi kita berhenti
sesaat, kita segera terjebak dalam ruang gelap yang tidak pernah kita tahu
kapan berakhirnya.Lalu, sebelum semuanya semakin kelam, mari kita katup mata
kita dan buka hati kita, mari kita manfaatkan waktu ini untuk merenung,
menelaah dan mencari pencerahan dari cerita kecil ini, sang tukang kayu dalam
kisah ini mungkin akan membangunkan hati kita.
Contoh
Kisah :
Dikisahkan,
seorang tukang kayu yang telah kelelahan berkarya ingin segera menjalani
kehidupan pensiunnya, sejak awal dia adalah tukang kayu yang berbakat, tukang
kayu yang berdedikasi tinggi atas pekerjaannya, tukang kayu yang bertanggung
jawab penuh.Ketika ia menyampaikan keinginannya kepada Sang Tuan, ia malah
diberi tugas terakhir sebelum pensiun, sang Tuan ingin ia membuat sebuah rumah
megah untuknya.
Tukang
kayu yang berbakat itu tiba-tiba berubah, ia menjadi tukang kayu yang sembrono,
tukang kayu yang asal-asalan. Pukulan palu yang harus ia ayunkan tiga kali,
hanya ia ayunkan satu kali, itu pun ia lakukan dengan tidak sepenuh hati.
Dengan terpaksa ia menyelesaikan tugas terakhirnya, ia merasa Sang Tuan tidak
lagi berpihak padanya, ia sungguh kecewa. Dan kekecewaannya ia lampiaskan pada
pekerjaanya.
Sebuah
“Rumah Mewah” yang jauh dari arti “Mewah ” akhirnya selesai tepat waktu.Ketika
hari pensiun tiba, sang tukang kayu akhirnya mendapat sebuah amplop yang berisi
sejumlah uang pensiun dan sebuah “KUNCI” rumah. Ketika ia menerimanya segera ia
tersadar, ternyata kunci yang digenggamnya adalah kunci dari “Rumah Mewah” yang
baru selesai dibangunnya. “Hadiah special ini dipersembahkan padamu, karena
kerjamu yang luar biasa dan berdedikasi selama bekerja di sini.” Kata Sang
Tuan.Lalu, sang tukang kayu hanya mampu melihat kunci rumah itu dengan “PENYESALAN”.
Bukankah
kita seperti tukang kayu ini, kita kadang-kadang lupa bahwa kita adalah pembuat
rumah untuk diri kita sendiri.Ketika kita membangun rumah masa depan kita
dengan sembrono, kita akan mendapatkan rumah yang mungkin kita tidak sukai,
tapi itulah rumah yang harus kita tempati, rumah yang kita bangun dengan ayunan
tangan kita. Kita boleh merasa kecewa ketika kita mendapati kenyataan bahwa
rumah kita tidak seindah yang kita impikan, bahkan reok.
Kita
boleh merasa kecewa ketika kita harus melalui kehidupan yang tidak
menyenangkan, tapi inilah realitas hidup, sedih yang berkepanjangan tidak akan
mengubah rumah yang telah kita bangun dengan tangan kita sendiri, oleh karma
yang telah kita tanamkan.
Lalu,
mari kita kembali pada kehidupan kita yang keras, yang penuh tantangan, ketika
segalanya berubah menjadi kacau dan tidak terkendali, ketika kita begitu
frustasi. Saat ini, kita masih diberi waktu untuk mengubah rumah masa depan
kita, kita masih diberi waktu untuk memperindah setiap sudut ruangan hati kita.
Mari kita kembali renungkan apa yang telah kita perbuat selama ini, bagaimana
kita membangun rumah kita, seberapa baik kita telah membangun masa depan kita?
Disadari atau tidak, kita dapat membangun rumah kecil kita melalui hal-hal
sederhana, kita dapat membangunnya melalui pelukan kita pada mama, melalui secangkir
kopi yang kita suguhkan pada papa, melalui kecupan selamat pagi untuk pasangan
kita, atau melalui aluran tangan kita untuk menuntun bocah-bocah kecil kita.
Beban
berat yang kita pikul akan menjadi lebih ringan, karena tangan-tangan kasih
dari ayah bunda, saudara, kerabat dan teman akan membantu kita melaluinya. Dan
kita pun akan menjadi kokoh. Melalui kesempatan ini, ketika kita masih ada
waktu, selama kita masih diberi kesempatan untuk berbagi kasih, mari kita
lakukan hal-hal sederhana itu sekali lagi. Mari peluk Mama yang di samping kita
dan nyatakanlah cinta kita, mari kita kecup kening bocah kecil kita, mari kita
genggam tangan pasangan kita dengan mesra, mari kita jabati teman kita dan
katakan betapa kita menghargai persahabatan itu dan mari kita maafkan mereka
yang pernah menyakiti kita.
Masa
Lalu adalah Lukisan Yang Telah KUSAM, Masa depan adalah Lukisan Yang ABSTRAK
dan SAAT ini adalah Lukisan Yang Paling NYATA
Sumberhttp://rzqhhuhu.students-blog.undip.ac.id/2011/12/31/renungan-untuk-sebuah-perubahan/