Membangun Pribadi Muslim Berprestasi
19:35
Edit
http://gatotwid.wordpress.com/2008/08/11/membangun-citra-pribadi-muslim-terbaik/
Rasul selalu bahagia dan optimis maka dlm hidupnya hanya 2x
sakit, selalu senyum, pola makan bagus, daging hanya 1 di setiap
makan, tidak lebih.
Harus bahagia.
Rasul: siapa yg ingin bahagia, jgn lupakan ilmu.
Malaikat membentangkan sayap bagi yg menuntut ilmu. Mana lebih utama, melayat atau
menuntut ilmu? Bila sudah ada yang mengurus si jenazah, maka 1000 jenazah tdk
lbh baik dari 1 majelis ilmu.
Malaikat rahmat tdk mau masuk rumah yg isinya barang
curian.
Menyelesaikan luka hati bukan dg akal. Contoh: anak
kehilangan kelinci yg mati dan tidak mau sekolah. Kalau kita memberi nasehat ke
sang anak bahwa tidak perlu sedih karena bisa beli lagi kelinci yang lain, maka
sang anak bisa dipastikan tidak mau luluh hatinya. Tapi kalau kita memberikan
“empati” terhadap kesedihannya terlebih dahulu, kemungkinan besar dia akan
luluh, dan mau sekolah lagi. Mengobati sakit hati harus dengan hati, bukan
dengan akal pikiran.
Dua hal yang harus kita ingat:
1. Ingat kebaikan orang lain
2. Inget kesalahan kita kepada org lain
Dua hal yg harus dilupakan:
1. Kebaikan kita kpd org lain
2. Kesalahan org lain kpd kita
isah:
Rasul memiliki kebiasaan menyuapi seorang tua yahudi buta
di sebuah perempatan gang. Tiap haru rasul selalu datang menjumpai orang buta
tersebut. Padahal org tua tsb tiap hari mencaci rasulullah. Menjelang ajalnya,
rasul menitipkan pekerjaan “menyuap” orang buta tsb kepada Abu Bakar shgg
setelah rasul meninggal, Abu Bakar lah yg meneruskan pekerjaan tsb. Pada hari pertama Abu Bakar menyuap,
orang buta tsb menolaknya. “Mengapa jadi begini keras adukannya dan kasar
caramu menyuap, tidak seperti biasanya aku disuap,” kata orang buta tsb. “Pasti
kamu orang lain ya,” ujarnya. “Ya pak, saya Abu Bakar”. Orang buta tsb
melanjutkan “Lantas, kemana orang yg biasa menyuapi aku dengan lembut dan
adukannya halus itu?”. “Maaf pak, beliau sudah meninggal dunia dan sebelum
meninggal dunia beliau berpesan kepada saya untuk menggantikan peran beliau
menyuap makan buat bapak”. Orang buta tersebut sungguh kaget sekaligus merasa
kehilangan karena selama ini ia sangat senang bila makan disuap olehnya. “Siapa
sebenarnya orang yang biasa menyhuap saya itu?”. “Rasul Muhammad SAW…”. “Apa?
Muhammad yang sering saya caci maki itu?”. Orang buta tersebut tampak menyesali
apa yang ia perbuat dan seketika minta Abu Bakar mengantarnya ke makam rasul.