Sistem Energi
22:42
Edit
Inti
dari semua proses metabolisme energi di dalam tubuh adalah untuk menresintesis
molekul ATP dimana prosesnya akan dapat berjalan secara aerobik maupun
anearobik. Proses hidrolisis ATP yang akan menghasilkan energi ini dapat
dituliskan melalui persamaan reaksi kimia sederhana sebagai berikut:
ATP + H
O —> ADP + H + Pi -31 kJ per 1 mol ATP
Di dalam jaringan otot, hidrolisis 1 mol ATP akan menghasilkan energi sebesar 31 kJ (7.3 kkal) serta akan menghasilkan produk lain berupa ADP (adenosine diphospate) dan Pi (inorganik fosfat). Pada saat berolahraga, terdapat 3 jalur metabolisme energi yang dapat digunakan oleh tubuh untuk menghasilkan ATP yaitu hidrolisis phosphocreatine (PCr), glikolisis anaerobik glukosa serta pembakaran simpanan karbohidrat, lemak dan juga protein.
Di dalam jaringan otot, hidrolisis 1 mol ATP akan menghasilkan energi sebesar 31 kJ (7.3 kkal) serta akan menghasilkan produk lain berupa ADP (adenosine diphospate) dan Pi (inorganik fosfat). Pada saat berolahraga, terdapat 3 jalur metabolisme energi yang dapat digunakan oleh tubuh untuk menghasilkan ATP yaitu hidrolisis phosphocreatine (PCr), glikolisis anaerobik glukosa serta pembakaran simpanan karbohidrat, lemak dan juga protein.
Pada
kegiatan olahraga dengan aktivitas aerobik yang dominan, metabolisme energi
akan berjalan melalui pembakaran simpanan karbohidrat, lemak dan sebagian kecil
(±5%) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk
menghasilkan ATP (adenosine triphospate). Proses metabolisme ketiga sumber
energi ini akan berjalan dengan kehadiran oksigen (O2) yang 2 diperoleh melalui
proses pernafasan.
Sedangkan
pada aktivitas yang bersifat anaerobik, energi yang akan digunakan oleh tubuh
untuk melakukan aktivitas yang membutuhkan energi secara cepat ini akan
diperoleh melalui hidrolisis phosphocreatine (PCr) serta melalui glikolisis
glukosa secara anaerobik. Proses metabolisme energi secara anaerobik ini dapat
berjalan tanpa kehadiran oksigen (O2).
Proses
metabolisme energi secara anaerobik dapat menghasilkan ATP dengan laju yang
lebih cepat jika dibandingkan dengan metabolisme energi secara aerobik.
Sehingga untuk gerakan-gerakan dalam olahraga yang membutuhkan tenaga yang
besar dalam waktu yang singkat, proses metabolisme energi secara anaerobik
dapat menyediakan ATP dengan cepat namun hanya untuk waktu yang terbatas yaitu
hanya sekitar ±90 detik. Walaupun prosesnya dapat berjalan secara cepat, namun
metabolisme energi secara anaerobik ini hanya menghasilkan molekul ATP yang
lebih sedikit jika dibandingkan dengan metabolisme energi secara aerobik (2 ATP
vs 36 ATP per 1 molekul glukosa).
Proses
metabolisme energi secara aerobik juga dikatakan merupakan proses yang bersih
karena selain akan menghasilkan energi, proses tersebut hanya akan menghasilkan
produk samping berupa karbondioksida (CO2) dan air (H2O). Hal ini berbeda
dengan proses metabolisme secara anaerobik yang juga akan menghasilkan produk
samping berupa asam laktat yang apabila terakumulasi dapat menghambat kontraksi
otot dan menyebabkan rasa nyeri pada otot. Hal inilah yang menyebabkan mengapa
gerakan – gerakan bertenaga saat berolahraga tidak dapat dilakukan secara
kontinu dalam waktu yang panjang dan harus diselingi dengan interval istirahat.
Creatine
(Cr) merupakan jenis asam amino yang tersimpam di dalam otot sebagai sumber
energi. Di dalam otot, bentuk creatine yang sudah ter-fosforilasi yaitu
phosphocreatine (PCr) akan mempunyai peranan penting dalam proses metabolisme
energi secara anaerobik di dalam otot untuk menghasilkan ATP.
Dengan
bantuan enzim creatine kinase, phosphocreatine (PCr) yang tersimpan di dalam
otot akan dipecah menjadi Pi (inorganik fosfat) dan creatine dimana proses ini
juga akan disertai dengan pelepasan energi sebesar 43 kJ (10.3 kkal) untuk tiap
1 mol PCr. Inorganik fosfat (Pi) yang dihasilkan melalui proses pemecahan PCr
ini melalui proses fosforilasi dapat mengikat kepada molekul ADP (adenosine
diphospate) untuk kemudian kembali membentuk molekul ATP (adenosine
triphospate). Melalui proses hidrolisis PCr, energi dalam jumlah besar (2.3
mmol ATP/kg berat basah otot per detiknya) dapat dihasilkan secara instant
untuk memenuhi kebutuhan energi pada saat berolahraga dengan intensitas tinggi
yang bertenaga. Namun karena terbatasnya simpanan PCr yang terdapat di dalam
jaringan otot yaitu hanya sekitar 14-24 mmol ATP/ kg berat basah maka energi
yang dihasilkan melalui proses hidrolisis ini hanya dapat bertahan untuk
mendukung aktivitas anaerobik selama 5-10 detik.